Selasa, 24 Mei 2016

koleksi wisata kuliner indonesia


Wisata Kuliner Indonesia #399
Kuliner Pekanbaru
Bolu Kembojo "Mimie"
Jl. Pepaya (Simpang Jl Durian) - Pekanbaru
Telp: 0812 7573 9161


Apa yang kamu cari ketika bepergian keluar kota? Sebagian akan menjawab oleh-oleh khas daerah itu, dan tentunya oleh-oleh makanan menjadi salah satu favorit sebagai buah tangan bagi keluarga di rumah. Akan tetapi tidak semua daerah/kota dapat menonjolkan kuliner daerah tersebut sebagai oleh-oleh, hanya sebagian yang mungkin melekat di kepala kita seperti pempek di palembang, bakpia di jogja, bandeng di semarang, batagor di bandung, cake pisang di batam dan sebagainya. Nah, kalo bertanya oleh-oleh dari Pekanbaru apa jawaban yang melintas di benak kamu? Lebih dari 15 tahun yang lalu saya sempat tinggal di Pekanbaru dan oleh-oleh yang saya bawa pada saat itu begitu pulang ke Jakarta adalah aneka kudapan dari negeri Jiran hehehe. Tapi sekarang tidak lagi, bulan April 2016 lalu saya kembali berkesempatan mengunjungi ibu kota provinsi Riau ini, dan diajak untuk mengunjungi salah satu sentra oleh-oleh di kota ini, sekaligus pusat produksi salah satu kuliner khas Pekanbaru yang kerap dijadikan oleh-oleh: Bolu Kembojo atau ada juga yang menyebutnya Bolu Kemojo. Seperti apakah Bolu Kembojo itu?

Bolu Kembojo Mini (sumber gambar Instagram @kembojomimie)
Nama Kembojo konon berasal dari bunga kamboja, karena bentuk bolu ini yang seperti bunga kamboja. Seperti bolu yang lain, bahan dasar pembuat bolu kembojo berasal dari tepung terigu, telor, dan mentega. Akan tetapi ada pembeda yang utama dari kudapan khas pekanbaru ini yaitu disertakannya santan dalam adonan serta daun pandan. Ya, warna hijau dari bolu ini muncul dari daun pandan yang juga "menghiasi" aroma bolu ini. Karena menggunakan santan, maka tekstur yang muncul dari bolu kembojo tidak "serapuh" bolu biasa, tapi lebih padat namun terasa lembut. Walau rasa original dari kue khas pekanbaru ini adalah pandan, tapi saat ini para pembuat bolu kembojo di Pekanbaru membuat berbagai variasi rasa seperti durian, jagung, keju dan sebagainya. Karena menggunakan santan, "usia" bolu kembojo ini juga tidak bisa lama, hanya 2-3 hari saja di suhu ruangan, tambahan sekitar seminggu jika kita menyimpannya dalam lemari pendingin.

Bersama Ibu Nurlela Sari, pemilik usaha Bolu Kembojo MIMIE
Ukuran Bolu Kembojo ini aslinya cukup besar, cukup untuk dihidangkan untuk beberapa orang. Dan rasa aslinya pun sangat manis, sehingga tidak cocok bagi sebagian orang. Adalah Ibu Nurlela, pemilik Gerai Bolu Kembojo Mimie, yang melakukan modifikasi bolu kembojo ini baik dari segi ukuran maupun rasa. "Banyak yang bilang ke saya suka repot menghabiskan bolu kembojo ini, padahal tidak tahan lama. Selain itu rasanya terlalu manis. Itu kenapa saya coba memodifikasinya" demikian ujar Ibu Nurlela. Beliau berkreasi dengan menciptakan Bolu Kembojo Mini yang dengan mudah dihabiskan dalam satu suapan, selain itu kadar manisnya juga dikurangi. Hasilnya? Ketika saya mencicipi Bolu Kemojo buatan ibu Nurlela ini, indera pengecap saya langsung jatuh cinta. Rasa agak kering di luar dan lembut padat di dalam begitu mempesona, juga dengan rasa manis yang tidak bikin enek. Saya tidak pernah memakan bolu kemojo yang dibuat dengan resep aslinya, tapi yang jelas resep dari ibu Nurlela ini layak diacungi jempol. Apalagi saya menikmatinya ketika masih hangat, fresh from the oven, aduhai sedapnya...

Gerai Baru Bolu Kembojo MIMIE di Jl Pepaya
Untuk Bolu Kemojo dengan resep khasnya ini, Ibu Nurlela memberikan nama "Bolu Kembojo MIMIE", sekaligus nama yang sama dikenakan buat Gerai Oleh-Olehnya yang cukup besar berdiri di Kota Pekanbaru. "Saya merintis usaha bolu kemojo ini dari nol, dulu jualannya door-to-door keliling ke rumah-rumah, kemudian buka outlet kecil di depan kantor, Alhamdulillah sampai bisa mengontrak ruko besar di Jl. Ahmad Yani. Dan sekarang, walau masih nyicil punya tempat sendiri di sini, supaya kami tidak was was jika sewaktu-waktu pemilik ruko yang di sana memutus kontrak", demikian Ibu Nurlela bercerita tentang perjalanan usahanya di gerai barunya di Jl. Pepaya. Di toko barunya ini, kita tidak hanya bisa menikmati Bolu Kembojo tapi juga aneka kue basah lainnya, dan juga aneka kuliner khas oleh-oleh dari kota Pekanbaru lainnya. Jadi kalo mencari Oleh-Oleh di Pekanbaru, silakan cari Bolu Kemojo Mini sebagai salah satu alternatifnya.

Peta dan Alamat Bolu Kembojo MIMIE:
Jl. Pepaya (Simpang Jl Durian) - Pekanbaru
Koordinat GPS: 0.51651, 101.44379


Minggu, 22 Mei 2016

WisataKuliner Palembang - Nasi Minyak H. Abuk


Wisata Kuliner Indonesia #398
Kuliner Palembang
Nasi Minyak Haji Abuk
Jl. DR. M. Isa No. 9 / 823, Pasar Kuto - Palembang
Telp: 0711 - 352656


"Pilihan lauknya tepat pak, itu memang lauk-lauk yang menjadi khas di tempat ini sebagai teman makan nasi minyak", begitu ujar sang bapak penjaga warung H. Abuk, ketika memeriksa dan menghitung hidangan yang "menghilang" karena saya santap dari meja. Ya, kesempatan saya ke Palembang kali ini tak saya sia-siakan untuk menjajal hidangan Nasi Minyak, sajian yang dulunya konon menjadi sajian eksklusif di Kesultanan. Warung H. Abuk menjadi kedai yang direkomendasikan banyak orang untuk menikmati kuliner ini, sebuah warung sederhana yang terletak di kawasan Pasar Kuto Palembang. Begitu masuk ke dalam warung ini, sang Bapak menyambut ramah dengan menanyakan apa yang hendak saya santap. Saya pun (walau baru pertama datang ke tempat ini) dengan penuh keyakinan meminta disediakan satu porsi nasi minyak dengan aneka lauk yang disajikan di meja, laksana rumah makan padang. Yang pertama hadir adalah Nasi minyaknya itu sendiri, yang langsung menyergap indera penciuman saya dengan aroma rempah yang kuat. Aroma yang hampir serupa jika kita menikmati sajian Nasi Kebuli. Saya harus menahan diri untuk tidak langsung mencicipi nasi minyak ini sampai semua lauk tersaji dan bisa difoto sebelum disantap. Tak berapa lama hadir lauk yang siap menemani sang nasi minyak ini. Apa saja lauk-lauk yang hadir di meja?


Nasi Minyak, ditemani Malbi, Burung Punai Goreng, Sate Pentol dan Sambal Nanas
Ada enam piring kecil yang masing-masing berisi: malbi, kari kambing, sate pentol, gulai tunjang, ayam goreng dan burung punai (puyuh) goreng. Oh iya, tersaji pula dua piring lainnya yang berisi sambal nanas dan acar timun/wortel. Tentunya tidak semua sanggup saya cicipi, maka saya ambil tiga lauk yang saya yakin sulit ditemukan di tempat lain. Yang pertama adalah Malbi, sejenis semur (atau rendang yah?) khas Palembang, dengan cita rasa manis tapi memiliki aroma rempah yang kuat. Bumbu manisnya meresap ke dalam potongan daging sapi yang menjadi bahan utamanya. Kedua, saya raih burung punai goreng, ukuran burung yang kecil membuat tekstur dagingnya renyah karena digoreng kering dengan cita rasa gurih layaknya ayam goreng bumbu kuning. Yang ketiga saya ambil sate pentol, seperti perkedel yang dibuat dari daging cincang dan sayur-sayuran. Tapi ada satu kawan nasi samin yang tak boleh ditinggalkan: sambal nanas. Ya sambal yang disajikan di sini memang special, sambal dibuat selalu baru dengan nanas segar. "Kita tidak pernah menyimpan sambal nanas ini, selalu buat setiap hari, makanya rasanya selalu terjaga segar", demikian ujar si Bapak yang langsung saya amini. Seolah semua sajian itu direkatkan dengan kehadiran sambal nanas ini.

Gulai Tunjang khas dari Warung H. Abuk.
Sebenarnya tiga hidangan lainnya juga tak kalah menggoda, sebut saja Kari Kambing dengan bumbu kari yang "kearab-araban". Daging kambingnya empuk dan tak berbau, di dalam kuah kental kari yang gurih. Atau Gulai Tunjang dengan daging kikil yang tebal nan mempesona. Juga ayam goreng yang dari ukurannya tampaknya dari ayam kampung dan digoreng kering dengan taburan bumbu serundeng di atasnya. Ah, jika rongga perut ini memiliki "extra baggage" takkan kubiarkan mereka hanya mejeng di meja tanpa disentuh sama sekali. Oh ya biaya yang saya keluarkan untuk menikmati sajian tadi tidaklah terlalu besar. Harga satu porsi Nasi Minyak polos Rp. 12ribu, Malbi Rp. 13ribu satu potongnya, sama dengan harga burung punai goreng, sementara sate pentol 6ribu.

Bersama Bpk Muhammad, generasi kedua pengelola Warung H. Abuk
Pilihan saya pada lauk yang menjadi teman Nasi Minyak ini juga diapresiasi oleh sang Bapak penjaga warung karena memang signature dari tempat ini. "Orang yang makan di sini pada umumnya ya meminta lauk-lauk yang bapak santap itu", ujarnya. Saya pun beranikan diri untuk bertanya apakah si Bapak ini yang bernama H. Abuk, seperti nama warung ini. "Itu nama Abah saya yang memulai usaha ini," begitu jawabnya sembari menyerahkan kartu nama. Ternyata beliau bernama Bpk Muhammad, generasi kedua yang mengelola Warung H. Abuk ini. Ramahnya Bapak Muhammad ini membuat saya tak sungkan untuk meminta berfoto bersama beliau, dan beliau pun dengan sangat senang menyambutnya, bahkan meminta anak buahnya untuk mengambil gambar kami juga lewat telepon genggamnya. Sebelum berpamitan beliau sempat berucap "Senang Bapak menyukai masakan di sini, dan semoga kalau ada kesempatan ke Palembang lagi, Bapak mau mampir kembali ke warung kami". Pasti pak, pasti... Saya jatuh cinta dengan cita rasa Nasi Minyak dan aneka lauknya dari Warung H. Abuk ini.

Peta dan Alamat Warung Nasi Minyak Haji Abuk:
Jl. DR. M. Isa No. 9 / 823, Pasar Kuto - Palembang
Koordinat GPS: -2.98043, 104.77139