Sabtu, 30 Januari 2016

WisataKuliner Bogor - Bakso PMI


Wisata Kuliner Indonesia #391
Kuliner Bogor
BAKSO PMI
Jl. Abiyasa Raya No. 69, Indraprasta - Bogor
Telp.: 0857 7613621


Bogor terkenal sebagai kota hujan. Butiran air mengguyur kota ini tidak mengenal musim, menciptakan udara yang sejuk bagi para penghuni dan pengunjungnya. Kuliner apa yang cocok di kota hujan ini? Tentu yang hangat-hangat menjadi pilihan, salah satunya bakso. Ya, bakso sudah menjadi "kuliner sejuta umat" yang mudah ditemukan di berbagai penjuru kota di Indonesia, tak terkecuali di Kota Bogor. Hampir di setiap sudut kota kita bisa temukan "tukang bakso" baik yang berkeliling maupun yang sudah menetap. Salah satu Bakso yang kondang di kota ini adalah Bakso PMI, yang terletak di kawasan indraprasta. Dinamakan bakso PMI karena terletak di belakang Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor. Ingin membuktikan "nama besar"nya, saya mengunjungi kedai Bakso ini. Saya memesan bakso dan sayur, tanpa mie, bihun atau kwietaw yang sebenarnya bisa dijadikan pilihan. Harum kuah kaldu bakso yang gurih langsung menghunjam indera penciuman yang merangsang saya untuk segera mengeksplorasi basonya. Tersaji 1 bakso besar dan empat bakso kecil dalam mangkok di depan saya. Bakso besarnya berisi daging cincang halus di dalamnya, dengan sedikit lemak yang terasa lumer di mulut. Sementara bakso kecilnya memiliki kekenyalan yang aduhai, menggoda kita untuk tidak berhenti mengunyahnya. Tak salah, walau letaknya di dalam perumahan tanpa petunjuk arah yang memadai, Bakso PMI tampak selalu ramai. Satu porsi bakso ini harus ditebus dengan harga 15ribu rupiah.


Banyak yang menyangka PMI diambil dari nama Rumah Sakit PMI yang berada tidak jauh dari tugu kujang, sehingga banyak yang salah menduga lokasi Bakso ini. Saat ini sudah ada dua cabang Bakso PMI yang bisa kita kunjungi, yang pertama ada di Jl. Achmad Adnawijaya (atau yang lebih dikenal dengan Jl. Pandu Raya) dan yang kedua ada di Jl. Achmad Sobana (yang lebih dikenal dengan Jl. Bangbarung, di dalam foodcourt di depan Klinik Medika 24jam). Di antara ketiganya, yang di Jl. Pandu Raya yang paling ramai karena lokasinya strategis dan di pinggir jalan besar. Sedangkan kedai utamanya masuk ke dalam komplek perumahan, tapi juga tidak menyurutkan niat para pelanggannya memenuhi kedai yang tidak seberapa besar itu. Kalau PMI selalu siap membantu kamu urusan darah, maka Bakso PMI siap membantu kamu untuk urusan perut :)

Jadi buat penggemar bakso di Bogor, masukkan nama "Bakso PMI" dalam catatan kamu...

Peta dan Alamat Bakso PMI:
Jl. Abiyasa Raya No. 69, Indraprasta - Bogor
Koordinat GPS: -6.5738, 106.81239


Rabu, 27 Januari 2016

WisataKuliner Bogor - Baso Pak Mien


Wisata Kuliner Indonesia #390
Kuliner Bogor
Bakso Pak Mien
Jl. Pandu Raya - Jl. Pondok Rumput Bogor


Siapa yang tidak mengenal bakso? Bola daging ini memiliki penggemar jutaan orang di Indonesia. Penjajanya pun dapat kita temukan di setiap kota dan di setiap sudut jalan. Saat ini kita pun dapat menemukan baso dalam aneka variannya, seperti bakso cincang, bakso keju, bakso telur dan sebagainya. Umumnya, di setiap kota ada tukang baso yang punya nama besar, ditandai dengan banyaknya pelanggan dan usia usahanya yang umumnya sudah bertahun-tahun. Demikian pula di Bogor, banyak pedagang bakso yang sudah bertahan selama puluhan tahun dan bahkan bisa membuka cabang. Salah satunya adalah Bakso Pak Mien yang membuka kedai pertamanya di kawasan Jl. Pondok Rumput. Saya mengunjungi cabangnya yang ada di Jl Pandu Raya di hari Minggu, sekitar jam 11 siang. Hampir semua bangku terisi ketika saya datang. Ada beberapa opsi yang bisa kita pilih, untuk mie nya bisa pilih mie yamin atau mie ayam, sementara basonya bisa memilih baso biasa atau baso rudal. Dan saya sarankan untuk memilih Baso Rudal nya. Mau tahu alasannya?

Saya memesan satu porsi Mie Yamin Bakso Rudal seharga Rp. 18.000. Hadir dua mangkok di hadapan saya, yang satu berisi mie kuning dan selada yang sudah dibumbui dan ditaburi bawang goreng, sementara mangkuk satu lagi berisi kuah yang sudah berisi tahu yang digoreng kering, potongan lemak sapi, baso kecil dan bakso rudal. Apa sebenarnya baso rudal ini? Bakso yang didalamnya berisi daging dan lemak sapi yang sudah dicincang. Juga terasa terdapat tulang-tulang rawan yang membuat sensasi sendiri dalam proses mengunyahnya. Belum lagi lemak dan daging cincang itu yang disajikan dalam kondisi panas, dan begitu masuk rongga mulut langsung meleleh di lidah. Nyam nyam nyam..... Hal inilah yang membuat saya "mewajibkan" untuk memesan bakso rudal ini jika mengunjungi Bakso Pak Mien.

Eh gak cuma bakso rudalnya loh yang patut dipoedjiken, potongan lemak, tahu, baso polos dan kuah segarnya juga layak diacungi jempol, karena berkat mereka lah satu porsi sajian ini menjadi sempurna. Saya sendiri belum pernah ke kedai utama Bakso Pak Mien ini yang ada di Jl Pondok Rumput, tapi kedainya yang di Jl. Pandu Raya ini hampir selalu tampak penuh. Sebuah tanda bahwa olahan bakso di tempat ini mendapat tempat di hati orang Bogor. Jadi buat penggemar bakso di kota Bogor, kayaknya tempat ini harus deh menjadi salah satu titik yang dikunjungi, selain beberapa tempat-tempat bakso legendaris lainnya seperti Bakso Boboho, Bakso Seuseupan, Bakso Pakde Jangkung, dan lain-lain.

Peta dan Alamat Bakso Pak Mien:
Jl Pandu Raya - Bogor
Koordinat GPS: -6.578466, 106.818222



Kamis, 21 Januari 2016

WisataKuliner Surabaya - Rujak Cingur Ahmad Jais


Wisata Kuliner Indonesia #389
Kuliner Surabaya
RUJAK CINGUR AHMAD JAIS
Jl. Ahmad Jais No. 40 Surabaya
Telp.: 031-532844
3

Rumahnya seperti ruko tua, tidak ada tulisan apapun di depannya. Tapi jajaran bangku di dalamnya tampak dipadati oleh orang-orang, sementara sebagian berdiri di dekat etalase dimana tampak ada dua orang ibu yang tengah meracik sesuatu. Ibu yang tampak lebih tua mengulek bumbu di dalam cobek yang besar, sedang yang lebih muda tengah memotong cingur, alias bagian moncong dari sapi. Ketika saya datang mendekat, sang ibu muda berujar, "Tunggu dulu ya, masih agak lama. Ini ada empat pesanan lagi". Orang yang datang setelah saya pun disapa dengan nada serupa, "Sekitar setengah jam lagi nunggu gak papa? Ini masih ngantri". Itulah suasana sekilas ketika untuk pertama kalinya saya mengunjungi salah satu ikon kuliner Surabaya yang legendaris: Rujak Cingur Ahmad Jais. Rujak cingur adalah kuliner khas Surabaya yang menggunakan cingur sebagai salah satu bahannya, disamping aneka sayuran dan buah-buahan seperti kangkung, toge, bengkuang dan mentimun. Potongan tahu goreng dan tempe kering juga tampak terselip di antaranya sebelum diguyur dengan bumbu rujak berwarna hitam pekat olahan kacang dan bumbu petis yang beraroma khas, hasil ulekan Ny. Ng Giok Tjoe yang sudah mulai berjualan rujak cingur ini sejak tahun 70an. Lalu apa yang membuat istimewa dari Rujak Cingur Ahmad Jais ini sehingga sanggup bertahan hingga puluhan tahun?

Yang pertama jelas bumbunya, harum petisnya sudah menggoda indera penciuman. Dan pada suapan pertama, indera pengecap pun dimanjakan dengan paduan rasa asam, manis dan sedikit cubitan rasa pedas yang menemani segarnya aneka sayuran dan buah, plus uniknya aroma petis yang menjadi aktor utama di bumbunya. Tapi yang paling utama tentunya adalah suguhan cingurnya. Daging cingurnya berlimpah, bersih tanpa bau amis dengan kekenyalan yang pas, tidak alot pun tidaklah terlalu lunak. Satu porsi yang tersaji di Rujak Cingur Ahmad Jais ini juga sangatlah berlimpah, cukuplah untuk berdua kecuali ketika perut tengah keroncongan. Untuk sajian yang spesial ini, harganya juga sangat sepesial. Enam puluh ribu rupiah untuk satu porsinya, dua sampai tiga kali lipat dibanding harga rujak cingur di tempat lain. Tapi hebatnya, harga yang selangit ini tidak menyurutkan pelanggan untuk tetap antri menikmati kuliner khas legendaris dari kota Pahlawan ini.

Untuk minumnya coba minuman khas di tempat ini: Sari Dele atau Cingcau Hitam. Minuman yang disajikan dingin ini menyegarkan tenggorokan di tengah udara kota Surabaya yang panas. Sari dele ini serupa dengan susu kedelai yang memiliki cita rasa yang khas. Cingcaunya juga layak diadu.

Yang belajar ilmu pemasaran tentu mengenal istilah Marketing Mix 4P yang menjadi salah satu kunci sukses pemasaran suatu usaha. 4P itu adalah Product, Price, Place dan Promotion. Tapi di Rujak Cingur Ahmad Jais ini ilmu itu tidak berlaku selain P yang pertama. Produk alias rujak cingurnya memang juara, tapi harganya sangat mahal jauh di atas harga pasaran yang memiliki produk hampir serupa, tempatnya juga tidak terlalu strategis karena terletak di depan jalan yang tidak terlalu besar. Untuk promosi, bahkan sekedar plang nama di depan kedainya pun tidak ada hehehe, bahkan namanya pun hanya diambil dari nama ruas jalan tempat kedai itu berada. Konsistensi menjaga kualitas memang menjadi kunci yang membuat usaha ini tetap bertahan dan menjadi top of mind Rujak Cingur di Surabaya. Photo jajaran selebritis dan pejabat yang tergantung di dinding menjadi salah satu bukti bahwa Rujak Cingur Ahmad Jais ini harus anda jadikan destinasi wisata kuliner jika berkunjung ke kota Surabaya.


Peta dan Alamat Rujak Cingur Ahmad Jais:
Jl. Ahmad Jais No. 40 Surabaya
Koordinat GPS: -7.25544,112.7402


Minggu, 17 Januari 2016

WisataKuliner Madiun - Pondok Catur


Wisata Kuliner Indonesia #388
Kuliner Madiun
PONDOK CATUR
Jl. Raya Monumen Kresek, Wungu - Madiun
Telp.: 0351 476565 / 081 335818089


Usai sarapan Nasi Pecel, beristirahat dan membersihkan badan, tak terasa matahari sudah merambat menuju puncaknya di kota Madiun. Saatnya mencari tempat untuk menyantap makan siang. Tidak ke tengah kota, kendaraan kami meluncur ke arah timur kota Madiun menyusuri jalan yang mengarah ke Monumen Kresek. Gubug Lesehan Pondok Catur, itulah tempat makan yang kami tuju, sebuah tempat makan yang mengusung konsep terbuka dengan saung-saung sambil menghirup segarnya udara di kaki pegunungan. Banyak menu yang ditawarkan seperti ayam goreng ayam bakar, gurame, bebek dan sebagainya. Tapi salah satu menu yang menyita perhatian saya adalah Ikan Wader. Ikan wader adalah ikan kecil yang cukup banyak ditemukan di perairan tawar di pulau Jawa. Ikan wader ini umumnya digoreng kering dengan menggunakan tepung dan kerap dijadikan lauk nasi ataupun kudapan. Demikian pula di Pondok Catur ini, kumpulan ikan wader yang telah digoreng kering disajikan dalam piring kecil. Di tengah udara yang dingin ini, satu piring nasi hangat dengan teman ikan wader dan sambal terasi sudah cukup untuk meningkatkan produksi air liur kita. Sluruuuppp... Harga satu porsi ikan wader Rp. 11.000,-

Menu lainnya yang bikin penasaran di Pondok catur ini adalah Belut. Jika di tempat lain, sajian belut biasanya hanya di goreng, di sini selain belut goreng, kita juga bisa menikmati belut asam manis dan belut rica-rica. Belut disajikan dalam bentuk yang sudah dipotong-potong. Yang bumbu asam manisnya bumbunya meresap ke dalam dengan mempertahankan tekstur lembut khas daging belut. Belut gorengnya juga harus dicoba, krispy di luar tapi tetap lembut di dalam. Satu porsinya Rp. 12.000,-

Jangan lupa untuk menyantap aneka sayuran di Pondok Catur ini, ada urap-urap, ca kangkung, ca tauge dan plecing jowo. Untuk minumnya silakan coba Es Dawet Catur, dawetnya lembut dan terasa terbuat dari bahan alami seperti tepung beras dan daun pandan, dalam "kuah" santan yang ringan dan tentunya gula jawa. Atau boleh juga coba Es Kelapa Muda, yang juga menggunakan gula jawa sebagai pemanisnya.

Hujan turun dengan deras begitu hidangan tersaji di meja. Udara di kaki gunung Wilis ini bertambah dingin dengan guyuran air yang membasahi tanah di sekitar Pondok Catur ini, dan ini membuat nafsu makan juga jadi meningkat. Tak lama aneka hidangan ini pun berpindah ke perut, dan kita perlu kembali ke kota Madiun untuk melanjutkan kegiatan kita. What a lunch....

Peta dan Alamat Pondok Catur Madiun:
Jl. Raya Monumen Kresek, Wungu - Madiun
Koordinat GPS: -7.69969,111.62423


Rabu, 13 Januari 2016

WisataKuliner Madiun - Pecel Mbak Yayuk


Wisata Kuliner Indonesia #387
Kuliner Madiun
PECEL MBAK YAYUK
Jl. S. Parman (depan Carefour) - Madiun


Jam 4 lewat 20 menit, matahari belum menunjukkan sinarnya ketika kereta Gajayana yang saya tumpangi bersandar di stasiun Madiun. Perjalanan lebih dari 10 jam dari stasiun Gambir cukup membuat badan saya remuk dan yang jelas perut keroncongan. Tak heran, begitu rekan-rekan dari Madiun menjemput saya dan rombongan, tujuan pertama kami bukanlah tempat menginap, melainkan tempat sarapan. Tapi apakah sudah ada tempat sarapan yang buka di pagi buta ini? Ternyata tempat makan di kota Madiun banyak yang buka 24 jam, termasuk salah satu kedai yang akhirnya kami sambangi, Depot Mbak Yayuk. Apa menu utama yang disajikan di tempat ini? Apalagi kalau bukan Nasi Pecel. Ya, Pecel memang sudah berhasil menancapkan namanya sebagai top of mind ketika berbicara tentang kuliner khas kota Madiun. Tak lama menanti, satu porsi nasi pecel sudah tersaji dalam pincuk daun pisang di depan saya: nasi putih dilengkapi aneka sayuran seperti tauge, kacang panjang, bayam dan lainnya, kemudian diguyur bumbu pecel dan dibubuhi potongan daun kemangi. Sebagai pelengkap ada taburan serundeng dan peyek teri. Bumbu pecel di mbak yayuk ini cenderung gurih dengan rasa semburat rasa manis yang tidak terlalu kuat, dan rasa pedas yang buat saya cukup, tidak terlalu pedas tapi juga cukup menggigit lidah. Taburan serundengnya tidak hanya menjadi pelengkap penampilan, tapi juga melengkapi cita rasa yang disajikan, ada sentuhan manis juga di sini. Peyek terinya pun layak diapresiasi, nyekris banget dengan rasa asin yang jadi pemersatu semua elemen yang hadir di pecel ini. Yang jadi masalah buat saya di sini adalah porsinya, tanggung. Mau nambah takut kekenyangan, tapi gak nambah kayaknya masih kurang. Mungkin efek dari perjalanan jauh ya, yang membuat rasa laparnya naek level.

Aneka lauk pendamping juga tersedia di sini, ada telur ceplok, telur dadar, paru, ayam goreng dan sebagainya. Kalau buat saya telor ceplok dan paru goreng adalah teman yang paling akrab berdampingan dengan nasi pecel. Selain pecel, di Depot Mbak Yayuk ini juga ada menu utama lainnya yaitu Nasi Rawon. Kuah rawon yang hitam karena olahan kluwek yang khasi dihadirkan bersama nasi putih, potongan daging sapi yang cukup ramah, tauge dan juga sambal di pinggiran piringnya. saya cuma sedikit mencicipi rawon ini karena pesenan teman, tapi kuahnya terasa agak ringan dengan dominan rasa asin gurih yang khas. Agak kontradiktif dengan nasi pecel yang kaya rasa.

Sumber photo: Google Street View
Sangatlah mudah menemukan penjaja nasi pecel di Madiun, hampir di setiap sudut kota kita bisa menemukan penjual kuliner andalan kota ini. Bahkan beberapa di antaranya sudah termahsyur dan berjualan pecel sejak puluhan tahun lalu. Sebut saja Pecel Bu Wo, Pecel Yu Gembrot, Pecel Murni, Warung Pojok dan Depot Mbak Yayuk ini. Kita juga bisa membawa bumbu pecel khas Madiun ini sebagai oleh-oleh ataupun untuk kita nikmati sendiri di rumah. Dijamin bumbu pecel dari Madiun ini berbeda dengan bumbu pecel yang sekarang banyak dijajakan di supermarket di Jakarta. Intinya, jangan pernah ngaku ke Madiun kalau belum mencicipi kelezatan nasi pecelnya.

Peta dan Alamat Pecel Mbak Yayuk
Jl. S. Parman (depan Carefour)
Koordinat GPS: -7.623224, 111.533222


Selasa, 12 Januari 2016

WisataKuliner Bandung - Gudeg Yu Nap


Wisata Kuliner Indonesia #386
Kuliner Bandung
GUDEG YU NAP
Jl. Cipta Graha Raya No. 01, Gunung Batu - Bandung
Telp: (022) 6613774


Sulit untuk menemukan kuliner khas dari satu kota di kota lain dengan cita rasa yang serupa dengan hidangan di kota asalnya. Sebut saja sulitnya mencari rujak cingur yang punya level yang sama dengan yang disajikan di kota asalnya Surabaya, atau Batagor yang sama dengan yang ada di kota Bandung, atau Ayam Taliwang dan Plecing kangkung yang memberikan cita rasa yang serupa dengan yang disajikan di kawasan Lombok. Termasuk Gudeg yang merupakan kuliner khas dari Yogyakarta. Tapi di kota Bandung, ada seorang chef yang kondang, membuka tempat makan di kawasan Gunung Batu yang menyajikan Gudeg sebagai menu utamanya. Dan "kemahsyuran" gudeg ini sudah banyak diperbincangkan orang. Berbekal rasa penasaran dan Google Map, saya menyusuri jalan di samping tol pasteur itu untuk mencari Gudeg Yu Nap, nama dari tempat makan itu. Datang di pagi hari tampak beberapa pengunjung tengah memesan makanannya baik untuk disantap di tempat ataupun untuk dibawa pulang. Saya pun langsung memintah satu paket gudeg komplit ayam. Gori alias nangka muda yang sudah menjadi gudeg, sambal krecek, tahu putih dan juga opor ayam mengelilingi nasi hangat yang pulen. Tapi ada satu elemen yang belum pernah saya temukan di tempat lain, daun singkong. Ya, elemen daun ini yang biasanya saya temukan di hidangan rumah makan padang, di Gudeg Yu Nap ini digunakan sebagai salah satu pelengkap sajian gudeg. Gudegnya sendiri memiliki rasa manis yang pas, tidak "giung" alias terlalu manis dalam bahasa Sunda, nangkanya juga lembut pertanda proses memasaknya yang memakan waktu yang tidak sedikit, konon butuh waktu tiga hari untuk mengolah sajian gudeg ini. Sambal kreceknya juga tidak terlalu pedas, bersinergi dengan manisnya gudeg, pas buat lidah saya. Opor ayam dengan menggunakan ayam kampung semakin melengkapi hidangan gudeg ini.

Untuk "dessert"-nya saya mencomot Pisang Goreng Madu, penasaran dengan namanya yang mengundang. Pisangnya dipotong kecil-kecil dengan balutan tepung dan madu. Rasa manis dari madu dan pisang dipadukan dalam hidangan sederhana tapi penuh makna ini, manisnya seperti caramel. Sayang, saya menikmatinya ketika sudah dingin, kebayang kalau menyantapnya dalam keadaan hangat. Hmmm...

Signature lainnya dari Gudeg Yu Nap ini adalah aneka bubur manis yang bisa kita pilih. Ada bubur sumsum, candil ketan hitam, jenang sruntul, kolak pisang dan setup pisang tanduk. Ah tampak begitu menggoda, tapi sayang tidak ada tempat tersisa di rongga perut yang dapat diisikan sajian bubur yang menggiurkan itu.

Sebenarnya masih banyak menu Gudeg Yu Nap yang HARUS dicoba, karena tempat ini tidak hanya menjual gudeg. Sebut saja Mangut Iwak Pe, Brongkos Daging Sapi, Dendeng Ragi, Tahu Susur, Tempe Kemul, Lutis Buah dan masih banyak lagi. Sajian khas Jawa ini mayoritas beraroma manis, dan cocok dengan lidah penggemar manis seperti saya. Tampaknya memang harus dijadwalkan untuk kembali lagi ke tempat ini.

Sumber foto: gudegyunap.com
Dari info yang diambil dari situs resminya gudegyunap.com, Yu Nap adalah singkatan dari nama sang juru masak, Zaenab, yang berkolaborasi dengan Jeffry Sie, membangun Gudeg Yu Nap ini. Jeffry Sie sendiri dikenal sebagai salah satu chef ternama Indonesia, yang tahun 2015 lalu bersama tim yang dipimpin oleh William Wongso, menyiapkan jamuan kenegaraan Indonesia di Washington ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Amerika Serikat. Jeffry Sie juga membawa Gudeg Yu Nap terpilih mewakili Indonesia di acara World Street Food Congress yang diselenggarakan di Singapura bulan April 2015 lalu. Dengan prestasi itu, tidak salah bahwa Gudeg Yu Nap bisa dianggap mendobrak anggapan bahwa kuliner-kuliner terbaik itu hanya berasal dari kota asalnya, karena kita bisa menemukan ada gudeg enak khas Jogja di Kota Bandung yang layak jadi alternatif tujuan wisata kuliner di kota kembang ini.

Peta dan Alamat Gudeg Yu Nap Bandung:
Jl. Cipta Graha Raya No. 01, Gunung Batu - Bandung
Koordinat GPS: -6.89032, 107.56353


Rabu, 06 Januari 2016

WisataKuliner Bekasi - Sop Janda, Cikarang


Wisata Kuliner Indonesia #385
Kuliner Bekasi
SOP JANDA
Jalan Raya Industri No. 183B, Pasir Gombong - Cikarang
Telp: (021) 8983015


Namanya memang memancing rasa penasaran, Sop Janda. Tapi janda disini ternyata adalah kependekan dari Jawa-Sunda, ya memang katanya racikan menu di tempat makan yang satu ini adalah paduan dari citarasa jawa dan sunda. Entah benar atau tidak. Tapi yang jelas Sop Janda yang berada di kawasan Jababeka Cikarang ini menghadirkan menu utama sop yang berbeda. Perbedaan pertama tampak ketika kita memesan, sang pramusaji langsung menanyakan tingkat kepedasan yang diinginkan, dan hanya dua pilihan yang dia ucapkan: sedang atau pedas. Saya memesan Sop Kaki Janda dengan tingkat kepedasan sedang, harganya satu porsi 55ribu. Terasa mahal tapi ternyata yang hadir semangkuk besar sop dengan potongan kaki sapi yang berlimpah. Ini sih dimakan berdua juga belum tentu habis. Tidak hanya daging, tampak juga cabe rawit yang berlimpah di dalam kuah sop ini. Inilah kunci kesegaran kuah sop ini sekaligus sumber rasa pedas yang menjadi andalan dari Sop Janda ini. Kaki sapi yang kenyal pun memberikan kenikmatan sendiri, sehingga tidak puas menggunakan sendok, akhirnya saya harus "turun tangan" juga.

Menu Sop Janda (Rp. 27k)
Ada juga menu Sop Janda, yang berisi tulang dan daging sapi, tetapi dalam porsi yang lebih kecil. Seporsi harganya Rp. 27ribu. Bisa pilih paket sop janda keren dengan harga Rp. 55ribu tapi sudah ditambah dengan nasi, sate sapi sebanyak tiga tusuk dan teh botol. Oh iya, nasi di tempat ini bebas ngambil sendiri loh, dan tampaknya "free flow", cocok buat yang rongga lambung untuk nasinya besar :). Cuma saya kurang puas dengan sop janda standar ini, dagingnya agak keras dan kurang banyak hehehe. Sate sapinya juga kurang nendang, dan teksturnya masih agak alot. Jadi pilihan saya di tempat ini jatuh ke Sop Kaki Janda nya. Ada satu lagi menu andalannya yaitu Sop Janda Heboh yang berisikan daging iga sapi, tapi yang satu ini saya belum sempet coba.

Kedai Sop Janda di Jl Raya Industri - Cikarang (arah SGC)
Sop Janda ini berlokasi di kawasan Jababeka Cikarang, tepatnya di Jalan Raya Industri tidak jauh dari Pintu 7 yang mengarah ke Sentra Grosir Cikarang (SGC). Berada di kawasan industri, tidak heran jika di jam makan siang tempat makan ini dipenuhi para pekerja yang ingin merasakan segar dan pedasnya kuah sop janda. Tapi siap-siap saja bermandi peluh yah, karena tidak hanya kuah yang panas dan pedas, tapi udara kawasan Cikarang yang juga panas juga akan siap menyambut kita. Apalagi tempat makan ini tidak berpendingin ruangan. Walaupun begitu, tetap saja Sop Janda ini selalu menggoda para pelanggannya untuk kembali menyeruput kuahnya yang memang beda.

Peta dan Alamat Sop Janda Cikarang:
Jalan Raya Industri No. 183B, Pasir Gombong
Koordinat GPS: -6.287091, 107.152476


Selasa, 05 Januari 2016

WisataKuliner Bekasi - Gabus Pucung, Pondok Gabus Lukman


Wisata Kuliner Indonesia #384
Kuliner Bekasi
PONDOK GABUS LUKMAN
Jalan Jenderal Sudirman, Bekasi Barat
(021) 8890007


Gabus Pucung, kuliner khas dari tanah Betawi yang unik tapi kalah pamor dengan kuliner khas lainnya, sebut saja Nasi Uduk. Memang di Jakarta sendiri tidak mudah mencari kedai atau rumah makan yang menyajikan gabus pucung ini di deretan menunya. Akan tetapi tidak di Bekasi, kita bisa menemukan beberapa tempat makan yang mengusung Gabus Pucung sebagai menu utamanya, salah satunya adalah Pondok Gabus Lukman yang berada di ruas jalan Jenderal Sudirman, tidak jauh dari lampu merah di bawah fly over Sumarecon. Apa sebenarnya Gabus Pucung ini? Kalau di Jawa Timur kita mengenal Rawon, nah sajian ini mirip dengan kuliner khas Jawa Timur itu. Sama-sama berkuah pekat hitam hasil dari olahan kluwek atau pucung, perbedaan utama Gabus Pucung dengan Rawon adalah penggunaan bahan utamanya dimana rawon menggunakan daging sapi sedangkan gabus pucung, sesuai namanya, menggunakan ikan gabus. Rasa asam dan gurih juga kentara begitu kita menyeruput kuahnya yang hangat. Untuk ikan gabusnya kita diberi pilihan ingin menyantap bagian tengahnya atau bagian kepalanya. Karena saya penggemar kepala ikan, maka bagian kepalalah yang saya pilih. Dagingnya gemuk dengan bagian kepala menyisakan bagian kenyal yang menempel di tulangnya. Akhirnya kesampean juga saya menikmati kuliner khas Betawi ini, dan komentar saya selesai menikmati gabus pucung ini: Juara! Untuk menyantap gabus pucung di sini kita harus menebusnya dengan harga Rp. 40K untuk bagian kepala dan Rp. 35K untuk bagian tengah.


Jangan pergi dulu, ada satu lagi kuliner khas Betawi yang juga dijajakan di Pondok Gabus Lukman ini: Pecak. Ya bumbu pecak khas Betawi yang dapat dipadukan dengan pilihan ikan seperti Lele, Mujair dan Gurame. Saya sendiri memilih Pecak Lele, lele yang sudah digoreng kering diguyur dengan bumbu pecak yang merupakan paduan kacang, santan dan aneka rempah. Awalnya saya berpikir bahwa bumbu pecak ini memiliki cita rasa manis dan pedas, ternyata saya salah duga. Pecak khas betawi ini memadukan rasa asam, asin dan pedas yang cukup menggigit, membuat saya sempat kewalahan untuk menyantapnya sebagai menu sarapan. Tapi begitu saya tambahkan dengan kecap yang disajikan di atas meja maka tambahan rasa manis itu melengkapi kelezatan dari Pecak Lele itu. Lele yang digunakan sendiri cukup besar dan "berdaging", sehingga rongga perut yang tadinya kosong langsung dipenuhi oleh sajian pecak lele yang ditemani nasi hangat. Satu porsi pecak lele ini perlu ditebus dengan harga Rp. 33K. Oh ya, sebagai catatan momen saya menyantap pecak lele ini berbeda ya dengan momen saya menikmati gabus pucungnya (penting, biar gak disebut gembul.....)

Sebagai pendamping menu utama di atas kita juga bisa menikmati sayuran khas di Pondok Gabus Lukman ini: asinan jakarta dan ada juga karedok. Tapi karedok di sini memiliki cita rasa yang agak berbeda dengan karedok di tanah sunda umumnya. Aroma kencur dan asam begitu kentara di sajian yang satu ini. Dari beberapa info yang dikorek di internet, Pondok Gabus Lukman ini didirikan oleh H. Lukman di tahun 1980-an, meneruskan usaha mertuanya yang telah merintis sajian gabus pucung ini sejak tahun 60an. Tempatnya yang strategis di tepi jalan besar membuat kedai ini banyak dikunjungi orang khususnya pada jam makan siang. Kedai ini sendiri buka pada pukul 07.30 pagi sampai pukul 5 sore.

Buat yang tinggal di kawasan Jabodetabek tampaknya perlu untuk mencicipi kuliner khas Betawi selain nasi uduk seperti Gabus Pucung dan Pecak Lele ini. Yuk....

Peta dan Alamat Pondok Gabus Lukman
Jalan Jenderal Sudirman, Bekasi Barat