Senin, 30 Juni 2014

WisataKuliner Cirebon - Nasi Jamblang Ibu Nur


Wisata Kuliner Indonesia #326
Nasi Jamblang Ibu Nur
Jl. Cangkring II No. 34
Cirebon


Dahulu konon Nasi Jamblang merupakan santapan para pekerja kasar dan buruh di zaman penjajahan belanda, tapi kini Nasi Jamblang menjadi salah satu ikon kuliner bagi kota Cirebon yang dijajakan di banyak tempat. Salah satu penjual Nasi Jamblang yang kondang di kota ini adalah Nasi Jamblang Ibu Nur. Kita diberi sebuah piring beralaskan daun jati (ciri khas dari sajian nasi jamblang), yang pertama akan diisi dengan nasi berukuran kecil (seperti nasi kucing di Jogja). Kemudian kita dapat memilih aneka lauk yang disajikan secara prasmanan. Lauk yang saya comot pada kesempatan ini, dan juga hasil rekomendasi dari salah satu pakar kuliner yang juga "putra daerah" Koh Jeffry Sie, adalah: Cumi saus hitam, Otak Sapi Goreng, Perkedel Kentang Kering, Sate Kentang dan Pepes Telur Asin. Butuh perjuangan yang cukup berat memang untuk menghabiskan pilihan saya yang "serakah" ini, tapi memang setiap lauk memberikan cita rasa yang aduhai. Malah bikin penasaran untuk mencomot lauk lainnya, tapi apa daya setiap rongga perut sudah penuh terisi.

Daftar Lauk dan Harga di Nasi Jamblang Ibu Nur
Ya, ada lebih dari 30 lauk yang tersaji di Nasi Jamblang Ibu Nur ini dengan harga bervariasi mulai dari seribu rupiah sampai tujuh belas ribu untuk masakan cumi berukuran besar. Banyaknya pilihan ini pasti bikin bingung para pelanggannya, karena semuanya tampak menggiurkan dan menggoda untuk dicomot dan diletakkan di atas piring...

Nasi Jamblang Ibu Nur seolah mengangkat harkat Nasi Jamblang dengan membawanya ke restoran yang berpendingin udara, tidak seperti kebanyakan penjual Nasi Jamblang di kota Cirebon yang menjajakannya di pinggir jalan. Bangku-bangku panjang tanpa meja memang tetap menjadikan restoran yang satu ini tidak kehilangan kesan "warung"-nya. Pengunjung bisa menikmati beragam lauk lezat yang tersedia dengan suasana kehangatan warung tetapi tanpa perlu "dihangatkan" oleh terik mentari kota Cirebon yang cukup menyengat di siang hari. Ada yang bilang kurang mantap kalau makan nasi jamblang di Ibu Nur ini karena kurang berkeringat hehehe. Tapi bagi saya justru tempat ini memberikan alternatif bagi para pemburu kuliner di kota Cirebon untuk dapat menikmati nasi jamblang dengan nyaman.

WisataKuliner Pekalongan - Kopi Tahlil


Wisata Kuliner Indonesia #325
Kopi Tahlil - Pekalongan


Meminum kopi memang bukan sekedar mengalirkan air kopi hitam ke kerongkongan untuk menghilangkan dahaga, akan tetapi disana juga terletak cerita, tradisi dan sejarah yang berasimilasi dalam sebuah budaya ngopi. Di warung kopi lah segala permasalahan dari urusan perang sampai cerita ranjang dipertukarkan para penikmat kopi. Di Pekalongan saya menemukan tradisi ngopi yang tidak ditemui di daerah lain: Kopi Tahlil. Ya, setiap malam, tenda-tenda penjaja kopi bermunculan di beberapa sudut jalan kota Pekalongan dan semua memberi label yang sama untuk dagangan mereka: "Kopi Tahlil". Kopi Tahlil bukan hanya menyajikan cita rasa kopi yang berbeda dengan biasanya, tapi juga memberikan cerita sejarah asal mula tradisi ini muncul. Konon, kopi merupakan hidangan wajib bagi setiap acara Tahlilan yang diadakan oleh warga yang baru kehilangan sanak familinya. Lama kelamaan, kopi tahlil bergeser menjadi komoditas yang dijajakan di Pekalongan. Selain "asal muasal"nya tersebut, kopi tahlil juga memberikan cita rasa yang aduhai bagi para penikmatnya. Bukan hanya bubuk kopi yang diseduh dengan air panas, kopi tahlil juga "dibumbui" dengan aneka rempah-rempah seperti jahe, kapulaga, sereh, kayu manis dan sebagainya. Kita juga bisa menambahkan susu kental manis di dalamnya. Alhasil, begitu tegukan pertama meluncur ke tenggorokan, sensasi yang berbeda akan muncul: kenikmatan aroma kopi kaya rempah dengan kehangatan yang dialirkannya ke dalam tubuh kita. Seolah ada suntikan energi baru yang mengalir melalui perantara kopi tahlil ini.

Salah satu teman untuk menikmati kopi tahlil ini adalah Ketan Kinca. Ketan dengan parutan kelapa yang gurih diguyur dengan kinca alias gula merah cair menghasilkan paduan asin-manis yang serasi. Kudapan inilah yang paling laris selain aneka kudapan lainnya seperti gorengan dan kacang, terbukti walau malam belum terlalu larut kudapan ini sudah ludes tak bersisa di Kedai Kopi Tahlil Pak Eko yang saya kunjungi.

Kedai Kopi Tahlil Pak Eko memang kecil, berada di kaki lima di ruas Jl. H. Agus Salim. Akan tetapi sebagian besar pengunjung memang tidak menikmati kopi di dalam kedai itu, mereka menggelar tikar yang disediakan oleh sang penjual di sepanjang trotoar sekitar Kedai kopi itu. Di atas tikar itulah beragam obrolan tentang berbagai hal tercurahkan dengan ditemani aroma kopi tahlil yang menggoda, mengisi ruang udara malam kota Pekalongan.

Mau cari tempat makan di Kota Pekalongan lainnya? Klik aja di sini: Wisata Kuliner Pekalongan

Sabtu, 28 Juni 2014

WisataKuliner Pekalongan - Soto Tauto H Rochmani


Wisata Kuliner Indonesia #324
Soto Tauto H. Rochmani
Pasar Sayun - Pekalongan


Matahari menyengat cukup terik siang itu di Kota Pekalongan, tapi tentunya tidak menyurutkan perburuan kuliner Pekalongan untuk santapan makan siang saya. Yang menjadi sasaran adalah Soto Tauto H. Rochmani yang berada di kawasan Pasar Sayun, sekitar 100 meter dari Stasiun Pekalongan. Berjejer diantara kios-kios pasar yang lain, kedai Soto Tauto H. Rochmani tampak dipenuhi oleh para pelanggan yang ingin menikmati makan siang. Satu porsi soto tauto lengkap dengan nasi megono dan es jeruk langsung saya pesan ke mas-mas yang sangat ramah melayani pelanggannya. Bihun bercampur dengan daun bawang menemani potongan daging dan jeroan sapi dalam kuah tauto yang khas. Ya, pembeda soto tauto ini dengan soto-soto yang lain adalah memang aroma kuahnya, rasa asam segar yang unik menyeruak begitu tajam begitu kita menyeruput kuahnya. Ya, inilah cita rasa yang dihasilkan oleh tauco, yang menjadi bahan utama pembuatan kuah soto tauto ini. Itulah mengapa kuliner Pekalongan yang satu ini disebut tauto, yang merupakan singkatan dari tauco-soto. Mungkin buat sebagian orang cita rasa dari kuah tauto ini agak aneh, tapi buat saya keunikan inilah yang bisa bikin ketagihan. Tambahkan sedikit kecap, sambal dan kucuran jeruk, kenikmatan Soto Tauto ini tak terbantahkan...

Banyak yang bilang belum ke Pekalongan kalau belum mencicipi kesegaran khas dari Soto Tauto Khas Pekalongan ini, dan memang cukup banyak penjaja tauto di kota ini. Sajian di Soto Tauto H. Rochmani ini bisa jadi pilihan, karena selain enak dan murah, lokasinya pun cukup mudah diakses. Belum lagi keramahan dari sang empunya kedai beserta "crew"-nya yang membuat kita serasa makan di rumah. Tak terasa, keringat mengucur deras dari dahi, bukan hanya karena panasnya udara Pekalongan siang itu tapi juga merupakan "ekspresi" dari panca indera yang mengapresiasi kelezatan sajian Soto Tauto H. Rochmani.

Mau cari tempat makan di Kota Pekalongan lainnya? Klik aja di sini: Wisata Kuliner Pekalongan

Minggu, 15 Juni 2014

WisataKuliner Pekalongan - Garang Asem H. Masduki


Wisata Kuliner Indonesia #323
Garang Asem H. Masduki
Kompleks Travel Alun - Alun Kota Pekalongan
Telp: 0285 4412100


Biasanya orang memilih makanan yang light untuk sarapan. Tapi tidak untuk sarapan saya kali ini di Pekalongan. Garang Asem H. Masduki menjadi menu sarapan yang berbobot. Potongan daging sapi lengkap dengan lemaknya, ditemani telur rebus pindang ada di dalam kuah garang asem yang memadukan rasa asem, manis dan sedikit pedas. Potongan tomat dan cabe rawit tampak di dalam kuah, menambah "warna" kesegeran sajian ini. Daging sapinya juga bener-bener empuk, menjadi bukti proses memasak yang paripurna. Tidak heran jika Garang Asem H. Masduki ini menjadi salah satu ikon kuliner kota Pekalongan. Untuk menikmati satu porsi nasi garang asem ini kita harus mengeluarkan uang Rp. 18.000,-. Tambahkan 4000 jika ingin ditambah dengan telor pindangnya.

Untuk menambah ke-"khas"-an dari kuliner Pekalongan ini, cobalah jangan memesan nasi putih biasa, tapi Nasi Megono. Nasi putih yang ditemani Megono yang terbuat dari bahan dasar nangka muda atau gori yang dicincang kasar dan dicampur dengan parutan kelapa seperti urap. Sedikit rasa pedas dan kencur menyeruak dari megono yang paling cocok disantap bersama nasi panas dan garang asem ini.

Garang Asem H. Masduki bisa ditemukan di sebuah kedai sederhana seperti warung tegal di kawasan Alun-Alun Kota Pekalongan. Akan tetapi, berdasarkan info dari halaman Facebooknya, saat ini Garang Asem H. Masduki juga hadir dengan di Jl. Jend Sudirman 169 dengan konsep ala resto bersuasana tempo dulu. Di cabang ini memiliki beragam fasilitas: hot spot area, mushola, toilet dan gazebo/lesehan. Jadi silakan pilih mau suasana ndeso atau suasana resto, yang jelas sajian garang asemnya pasti akan memuaskan Anda :)

Senin, 09 Juni 2014

WisataKuliner Pekalongan - Ayam Karang Menanci


Wisata Kuliner Indonesia #322
Ayam Karang Menanci
RM. Panderasa Jl.Imam Bonjol 47 Pekalongan
Telp: 0285 423763


Begitu menggigit menu makan malam saya di Pekalongan kali ini, langsung saya merasa ada yang "gak beres" dengan sajian yang satu ini. Daging ayamnya begitu empuk tapi tidak hancur, dengan bumbu kaya rempah yang meresap sampai ke tulang dan mengeluarkan semburat rasa manis yang pas berpadu dengan sedikit cubitan pedas dan rasa gurih yang benar-benar memanjakan indera pengecap. Walau saya tidak bisa memasak, tetapi ketika menikmati Ayam Karang Menanci, salah satu signature di RM Panderasa, saya tahu bahwa proses memasak dan bumbu yang digunakan untuk meraciknya pasti "beneran", tidak main-main. Konon, Ayam Karang Menanci adalah salah satu resep kuliner khas Pekalongan yang sudah hampir punah dan coba dibangkitkan lagi oleh rumah makan ini. Dan buat saya, suatu keberuntungan dapat mencicipi salah satu warisan kekayaan kuliner Nusantara yang "indah" ini. Dan tidak hanya itu saja, ada satu lagi keberuntungan yang saya dapatkan malam itu: bertemu langsung dengan sang pemilik resep Ayam Karang Menanci dan juga pengelola RM Panderasa ini!

Foto bareng Ibu Martha dan putrinya Farah Rachman
"Resep ini saya dapatkan turun temurun, dan dari beberapa saudara saya, kayaknya hanya saya yang paling pas meracik resep yang ada sehingga menjadi sajian Ayam Karang Menanci ini", demikian tutur Ibu Martha, pemilik resep yang masih terjun langsung tiap harinya memasak sajian ini untuk RM Panderasa. Konon awalnya resep Ayam Karang Menanci ini merupakan paduan dari masakan dengan cita rasa Arab dan India yang dibawa para pedagang asal dua kawasan tersebut ke Pekalongan, yang kemudian diselaraskan dengan bumbu-bumbu yang tersedia di sini. Bu Martha menambahkan: "Ayam Karang Menanci ini memang dimasak dengan aneka rempah-rempah sehingga menghasilkan cita rasa istimewa. Sehingga tidak cuma enak, Ayam Karang Menanci ini juga dapat menghangatkan dan meningkatkan vitalitas tubuh!" Wow....
Dan dugaan saya tentang proses memasak yang "tidak main-main" pun terbukti, ternyata butuh waktu semalaman untuk memasak sajian ini mulai dari proses pembumbuan, kemudian diungkep sampai proses memasaknya yang masih menggunakan kayu bakar. Entah mengapa, proses memasak menggunakan kayu bakar memang selalu menghasilkan sajian masakan yang lezat dengan cita rasa yang kuat, seperti di Ayam Karang Menanci ini. Tak heran, bumbunya begitu meresap sampai ke tulang, bahkan kalau gak malu, saya masih ingin menjilati tulang-tulangnya hehehe.

Farah Rachman, pengelola RM Panderasa yang juga putri dari Ibu Martha, berharap bahwa Ayam Karang Menanci ini kelak dapat menjadi salah satu ikon kuliner kota Pekalongan selain Soto Tauto atau Nasi Megono yang sudah lebih dahulu kesohor. "Ke depan kami juga akan mengembangkan Ayam Karang Menanci sebagai sebuah oleh-oleh kuliner khas Pekalongan dengan membuat kemasan khusus, sehingga semakin banyak orang yang dapat menikmatinya". Setuju, dan kalau sudah jadi saya bakal pesan untuk dikirim ke rumah! :)

Jadi kalau berkunjung ke Pekalongan, jangan lupa luangkan waktu untuk berbelanja batik dan menikmati Ayam Karang Menanci...


Sabtu, 07 Juni 2014

WisataKuliner Pekalongan - Dari Sarapan sampai Makan Malam

Wisata Kuliner Indonesia #321
Sarapan sampai Makan Malam di Pekalongan


Bulan Mei 2014 lalu, saya berkesempatan mengnjungi Kota Pekalongan sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah yang juga terkenal atas keragaman kulinernya. Hanya punya waktu satu hari di kota yang terkenal sebagai kota Batik ini, saya diajak dan direkomendasikan oleh mas @TriazArditya untuk mencicipi makanan-makanan khas di Pekalongan ini mulai dari sarapan, makan siang dan makan malam. Dimana sajakah itu? Yuk tengok satu satu:

1. Sarapan

Untuk menu sarapan saya diajak ke Garang Asem H. Masduki yang berada di Kompleks Travel kawasan Alun-Alun Pekalongan. Berbeda dengan garang asem di kawasan Jogja, garang asem di Pekalongan ini lebih mirip sop asam-asam. Potongan daging sapi dan telur pindang rebus dalam kuah asam segar, dengan potongan tomat dan cabe rawit di dalamnya yang memperkaya aroma kuah garang asem ini. Untuk nasi diberi tawaran apakah akan mengunakan nasi putih biasa atau nasi megono. Nasi Megono ini memang menjadi kuliner khas Pekalongan. Megono terbuat dari bahan dasar nangka muda atau gori yang dicincang kasar dan dicampur dengan parutan kelapa seperti urap. Sedikit rasa pedas dan kencur menyeruak dari megono yang paling cocok disantap bersama nasi panas ini.



2. Makan Siang

Untuk makan siang saya direkomendasikan untuk mencicipi kulinner khas Pekalongan lainnya yang juga cukup kondang: Soto Tauto. Pilihan jatuh pada Soto Tauto Pak H. Rochmani yang berlokasi di kawasan Pasar Sayun, hanya berjarak sekitar 100m dari Setasiun Pekalongan. Soto Tauto ini tidak jauh berbeda dengan soto lainnya di berbagai kota di Indonesia. Pembeda utamanya hanya satu: Tauco. Ya, tauto memang menggunakan tauco di dalm kuah sotonya, sehingga menciptakan cita rasa asam nan segar khas Tauco berpadu cantik dengan isi kuah sotonya yang terdiri dari potongan daging sapi, bihun dan bawang daun. Jangan lupa tambahkan sambal supaya makan siang kita semakin berkeringat...

3. Makan Malam

Untuk makan malam, saya diajak untuk menikmati warisan kuliner yang hampir punah di Pekalongan: Ayam Karang Minanci di RM Panderasa. Konon resep Ayam Karang Minanci ini merupakan resep hasil asimilasi cita rasa yang dibawa oleh para pedagang Arab dan India yang berpadu dengan budaya lokal. Ayam yang di"ungkep" dengan aneka rempah-rempah dimasak dalam kuali dengan menggunakan berbahan bakar kayu dan dimasak semalaman membuat Ayam yang disajikan sangat empuk dan bumbu yang meresap sampai ke tulang. Ibu Martha, sang pewaris resep Ayam Karang Minanci, masih turun langsung untuk memasak sajian ini. Buat saya, menu ini juara banget dan wajib dikunjungi kalau berkunjung ke Pekalongan.

4. Kopi

Ada satu tradisi ngopi yang khas di Pekalongan dan saat ini terus dilestarikan: Kopi Tahlil. Budaya Arab memang lekat dengan kota Pekalongan. Kopi Tahlil merupakan kopi yang awalnya dipakai untuk suguhan orang diacara tahlilan atau saat peringatan orang meninggal kalau orang Islam. Lambat laun kopi tahlil dijadikan ikon kuliner malam di kota Pekalongan. Kopi ini bukan sembarang kopi, terdapat beragam rempah-rempah yang diracik dan diseduh dalam kopi. Sebut saja: jahe, cengkeh, kayu manis, pandan, kapulaga, batang serai dan pala (sumber: http://zenshinoda.blogspot.com/2013/02/kopi-tahlil-pekalongan.html). Kalau mau Kopi susu,  bisa juga ditambah susu kental manis. Rasanya memang aduhai, aroma kopi yang bercampur aneka rempah tersebut memang memberikan sensasi yang sulit dijumpai di tempat lain, dan katanya, kopi tahlil ini juga dapat meningkatkan vitalitas tubuh. Ingin mencoba?

Demikian pengalaman sehari saya kuliner di Pekalongan. Masih banyak tentunya kuliner Pekalongan yang belum sempat terkunjungi, mudah-mudahan ada waktu dan kesempatan di lain hari.